Rabu, 27 Juni 2012

PRODUKTIVITAS DI MATA ISLAM


PRODUKTIVITAS DI MATA ISLAM
            Suatu siang di kota madinah yang sibuk. Rasulullah menciumi tangan salah seorang umatnya. Maklum karena ia seorang buruh yang terbiasa bekerja keras, tentu saja telapak tangannya sanagt kasar. “inilah tangan yang dicinta Allah dan Rasul-nya,” demikian seru beliau pada khalayak yang hadir di tempat itu.
            Pada kesempatan lain, beliau menegur seorang yang malas dan meminta-minta, seraya menunjukkan kepadanya jalan ke arah kerja produktif. Rasulullah meminta orang tersebut menjual aset yang dimilikinya dan menyisihkan hasil penjualannya untuk modal membeli alat (kapak) untuk mencari kayu bakar di tempat bebas dan menjualnya ke pasar. Beliau pun memonitor kinerjanya untuk memastikan bahwa ia telah mengubah nasibnya berkat kerja produktif. Begitulah, kerja produktif memang memiliki nilai tinggi dalam islam.
            Dengan mendasarkan diri kita dari keteladanan para rasul ini, maka seorang muslim semestinya harus selalu bersikap kreatif sekaligus produktif, dan menjauhkan diri dari sikap pasif dan konsumtif. Islam sangat menghargai usaha, terlepas bagaimana hasilnya. Denagn bekerja dan menghasilkan sesuatu, lambat laun seseorang akan mandiri secara ekonomi. Demikian pula halnya dengan negara, semakin banyak warganya mandiri, serta bekerja dan berusaha secara produktif, akan semakin tinggi tingkat kemandiriannya. Sebaliknay, semakin tinggi tingkat penganguran, seperti yang dialami indonesia saat ini, semakin rendahlah tingkat kemandirian ekonomi negara tersebut. Oleh karena itu, upaya dan langkah-langkah yang mendorong tumbuh dan berkembangnya usaha dan lapangan kerja seperti usaha kecil, mendapat prioritas tinggi dalam Islam.
            Produktivitas haruslah sejalan dengan terpeliharanya keadilan bagi semua orang. Setiap anggota komponen masyarakat harus dipacu untuk menghasilkan sesuatu, sesuai bidangnya. Semua itu harus dilindungi jaminan keamanan serta keadilan bagi setiap orang, pengakuan dan peghargaan untuk setiap pencapaian, dan sanksi yang tegas bagi perilaku yang kontarproduktif (stick and carrot).
            Pada titik ini, terbayang kembali di mata kita pemandangan yang mengharukan itu, bagaimana Rasulullah menciumi tangan umatnya yang kasar karena dipakai untuk bekerja. “inilah tangan yang dicinta Allah dan Rasul-Nya,” begitu seru Rasulullah.
Sumber:Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam oleh Sulistyoningsih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar